Suatu pagi, saat saya mengajar di sebuah madrasah. Salah seorang murid saya bertanya pada saya, Apakah sebenarnya cita-cita saya. Apakah saya dari waktu sekolah bercita-cita menjadi guru, pekerjaan yang saat ini melekat pada saya. Sungguh pertanyaan ini membuat saya terteguh. Kenapa ? karena saya menyadari saya telah melakukan belokan yang teramat dalam pada masa sekarang ini, masa tempat saya berdiri saat ini. Lalu apa saya menyesal, sama sekali tidak. Saya telah mencintai profesi ini. 

anak-anak wefie dengan menggunakan kamera hape saya


Guru, bukan profesi yang saya inginkan karena dulu saya sempat ingin menjadi seorang Fashion Designer atau Sastrawan.  Waktu SMA saya pun mantap masuk jurusan bahasa karena saya pikir saya lebih berbakat di bidang seni dan bahasa. Dalam kedua bidang itu saya selalu mendapatkan nilai sempurna. Saya pintar membuat puisi dan menggambar. Saya begitu mencintai sastra. Karena itu saya nyaman sekali ketika berada di kelas sastra berulang-ulang di hari yang sama. Tetapi takdir berkata lain. Dia seolah menemukan jalannya sendiri. Entah bagaimana caranya dan dari celah mana dia berasal. Takdir itu menghampiri saya begitu saja.

Kesimpulannya adalah kita boleh saja bermimpi tentang apa saja di kehidupan masa depan kita, tetapi janganlah terlalu tinggi. Pikirkan juga kemampuan kita, baik dari segi ketrampilan maupun biaya yang harus dikorbankan dalam hal menggapai cita-cita. Jangan terbawa perasaan. Sehingga pada saat kita terjatuh, kita bisa tetap berdiri meski dengan posisi hampir terpeleset, tetapi kita bisa kembali berdiri tegap.


Semoga bermanfaat.


0 komentar:

Post a Comment

Aturan berkomentar disini
1. Bebas tapi sopan.
2. Jangan Menyertakan Link Hidup

 
Top